Tools untuk melakukan audit TI

Pengertian Audit TI
Secara umum Audit IT adalah suatu proses kontrol pengujian terhadap infrastruktur teknologi informasi dimana berhubungan dengan masalah audit finansial dan audit internal. Audit IT lebih dikenal dengan istilah EDP Auditing (Electronic Data Processing), biasanya digunakan untuk menguraikan dua jenis aktifitas yang berkaitan dengan komputer. Salah satu penggunaan istilah tersebut adalah untuk menjelaskan proses penelahan dan evaluasi pengendalian-pengendalian internal dalam EDP. Jenis aktivitas ini disebut sebagai auditing melalui komputer. Penggunaan istilah lainnya adalah untuk menjelaskan pemanfaatan komputer oleh auditor untuk melaksanakan beberapa pekerjaan audit yang tidak dapat dilakukan secara manual. Jenis aktivitas ini disebut audit dengan komputer.

Tools yang dapat digunakan untuk melakukan audit TI
Tidak dapat dipungkiri, penggunaan tool-tool tersebut memang sangat membantu Auditor Teknologi Informasi dalam menjalankan profesinya, baik dari sisi kecepatan maupun akurasinya.

Berikut beberapa software yang dapat dijadikan alat bantu dalam pelaksanaan audit teknologi informasi

  1. ACL
    ACL (Audit Command Language) merupakan sebuah software CAAT (Computer Assisted Audit Techniques) yang sudah sangat populer untuk melakukan analisa terhadap data dari berbagai macam sumber.

ACL for Windows (sering disebut ACL) adalah sebuah software TABK (TEKNIK AUDIT BERBASIS KOMPUTER) untuk membantu auditor dalam melakukan pemeriksaan di lingkungan sistem informasi berbasis komputer atau Pemrosesan Data Elektronik.

2. Picalo
Picalo merupakan sebuah software CAAT (Computer Assisted Audit Techniques) seperti halnya ACL yang dapat dipergunakan untuk menganalisa data dari berbagai macam sumber.Picalo bekerja dengan menggunakan GUI Front end, dan memiliki banyak fitur untuk ETL sebagai proses utama dalam mengekstrak dan membuka data, kelebihan utamanya adalah fleksibilitas dan front end yang baik hingga Librari Python numerik.

Berikut ini beberapa kegunaannya :

  • Menganalisis data keungan, data karyawan
  • Mengimport file Excel, CSV dan TSV ke dalam databse
  • Analisa event jaringan yang interaktif, log server situs, dan record sistem login
  • Mengimport email kedalam relasional dan berbasis teks database
  • Menanamkan kontrol dan test rutin penipuan ke dalam sistem produksi.

3. Powertech Compliance Assessment
Powertech Compliance Assessment merupakan automated audit tool yang dapat dipergunakan untuk mengaudit dan mem-benchmark user access to data, public authority to libraries, user security, system security, system auditing dan administrator rights (special authority) sebuah serverAS/400.

4. Nipper
Nipper merupakan audit automation software yang dapat dipergunakan untuk mengaudit dan mem-benchmark konfigurasi sebuah router.
Nipper (Jaringan Infrastruktur Parser) adalah alat berbasis open source untuk membantu profesional TI dalam mengaudit, konfigurasi dan mengelola jaringan komputer dan perangkat jaringan infrastruktur.

5. Nessus
Nessus merupakan sebuah vulnerability assessment software, yaitu sebuah software yang digunakan untuk mengecek tingkat vulnerabilitas suatu sistem dalam ruang lingkup keamanan yang digunakan dalam sebuah perusahaan

6. Metasploit
Metasploit Framework merupakan sebuah penetration testing tool, yaitu sebuah software yang digunakan untuk mencari celah keamanan.

7. NMAP
NMAP merupakan open source utility untuk melakukan security auditing. NMAP atau Network Mapper, adalah software untuk mengeksplorasi jaringan, banyak administrator sistem dan jaringan yang menggunakan aplikasi ini menemukan banyak fungsi dalam inventori jaringan, mengatur jadwal peningkatan service, dan memonitor host atau waktu pelayanan. Secara klasik Nmap klasik menggunakan tampilan command-line, dan NMAP suite sudah termasuk tampilan GUI yang terbaik dan tampilan hasil (Zenmap), fleksibel data transfer, pengarahan ulang dan tools untuk debugging (NCAT) , sebuah peralatan untuk membandingan hasil scan (NDIFF) dan sebuah paket peralatan analisis untuk menggenerasikan dan merespon (NPING)

8. Wireshark
Wireshark merupakan aplikasi analisa netwrok protokol paling digunakan di dunia, Wireshark bisa mengcapture data dan secara interaktif menelusuri lalu lintas yang berjalan pada jaringan komputer, berstandartkan de facto dibanyak industri dan lembaga pendidikan.

COBIT (Control Objective for Information and related Technology)

COBIT dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association) pada tahun 1996. hingga saat artikel ini dimuat setidaknya sudah ada 5 versi COBIT yang sudah diterbitkan, versi pertama diterbitkan pada tahun 1996, versi kedua tahun 1998, versi 3.0 di tahun 2000, Cobit 4.0 pada tahun 2005, CObit 4.1 tahun 2007 dan yang terakhir ini adalah Cobit versi 5 yang di rilis tahun 2012

COBIT merupakan kerangka panduan tata kelola TI dan atau bisa juga disebut sebagai toolset pendukung yang bisa digunakan untuk menjembatani gap antara kebutuhan dan bagaimana teknis pelaksanaan pemenuhan kebutuhan tersebut dalam suatu organisasi. COBIT memungkinkan pengembangan kebijakan yang jelas dan sangat baik digunakan untuk IT kontrol seluruh organisasi, membantu meningkatkan kualitas dan nilai serta menyederhanakan pelaksanaan alur proses sebuah organisasi dari sisi penerapan IT.

COBIT memberikan panduan kerangka kerja yang bisa mengendalikan semua kegiatan organisasi secara detail dan jelas sehingga dapat membantu memudahkan pengambilan keputusan di level top dalam organisasi. COBIT digunakan secara umum oleh mereka yang memiliki tanggung jawab utama dalam alur proses organisasi, mereka yang organisasinya sangat bergantung pada kualitas, kehandalan dan penguasaan teknologi informasi.

Analisis Kinerja Sistem “ Analisis E-Government Website DKI Jakarta, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan”

Tabel Analisis

No Unit Analisis Kategori Analisis DKI Jakarta Jakarta Barat Jakarta Selatan
1 Selayang Pandang Sejarah
Motto
Lambang
Arti Lambang
Lokasi dalam bentuk peta
Visi dan Misi
2 Pemerintahan Daerah Eksekutif
Legislatif
Nama, alamat, telepon, email dari pejabat daerah
Biodata dari pimpinan daerah
3 Geografi Topografi
Demografi
Cuaca dan Iklim
Sosial dan ekonomi
Budaya dari daerah yang bersangkutan
Ada informasi berupa numeris / statistik dan harus mencantumkan nama instansi dari sumber datanya
4 Peta Wilayah dan Sumber daya Peta wilayah
Bentuk peta sumber dayanya
5 Peraturan / kebijakan Daerah Peraturan Daerah yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Daerah bersangkutan
6 Buku tamu Buku tamu
Forum
Jumlah Total 18 9 15

Tabel Perhitungan Analisis

No Unit Analisis Bobot Nilai Kategori DKI Jakarta Jakarta Barat Jakarta Selatan
 1 Informasi Menu Utama dalam Website 25% Potensi daerah

Komoditas Utama

Kualitas SDM

84 64 68
 2 Informasi tambahan dalam fasilitas website 20% Tahap I

Tahap II

Tahap III

84,5 71 79
 3 Penyediaan Hubungan 15% G2C

G2B

G2G

80,5 64 67
 4 Aksesbilitas 10% 30 detik 100 70 70
 5 Design 10% Animasi

Grafis

Teks lengkap

85,5 68 64
 6 Jumlah tingkatan informasi 20% 1 Tingkat

2 Tingkat

3 Tingkat

4 Tingkat

85 75 75
Total 85,52 61,8 71,25

Narasi

     Kelompok kami telah selesai menganalisis website E-Government dari Provinsi DKI Jakarta, Kota Jakarta Barat dan Kota Jakarta Selatan. Analisis yang dilakukan pada website tersebut berdasarkan pada point-point hasil survey kami yang terlihat pada tabel di atas.

     Pada tabel pertama, dari baris total terlihat bahwa website milik Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah Unit Analisis yang lebih banyak dari Kota Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Untuk rinciannya pada kolom Unit Analisis ‘Selayang Pandang’ untuk Provinsi DKI Jakarta dilihat memiliki seluruh kategori, sementara Kota Jakarta Barat memiliki 4 poin dan Jakarta Selatan memiliki 5 poin. Pada kolom ‘Pemerintahan Daerah’ untuk Provinsi DKI Jakarta dilihat memiliki seluruh kategori, sementara Kota Jakarta Barat memiliki 2 poin dan Jakarta Selatan hanya memiliki 1 poin. Pada kolom ‘Geografi’ untuk Kota Jakarta Selatan memiliki paling banyak poin karena memiliki seluruh kategori, sementara Provinsi DKI Jakarta memiliki 4 poin dan Kota Jakarta Barat yang terendah dengan 1 poin.

     Pada kolom ‘Peta Wilayah dan Sumber daya’ untuk Provinsi DKI Jakarta memiliki semua kategori, sementara Kota Jakarta Barat hanya ada 1 poin dan Jakarta Selatan dengan 0 poin karena tidak memiliki satu pun konten dari kategori. Pada kolom Peraturan /Kebijakan Daerah’ hanya Provinsi DKI Jakarta yang memilikinya. Pada kolom ‘Buku Tamu’ untuk Kota Jakarta Selatan  memiliki semua kategori, sementara Provinsi DKI Jakarta dan Kota Jakarta Barat hanya memiliki masing-masing 1 poin dari kategori yang ada.

     Kemudian dari 3 daerah tersebut kami memberikan penilaian berupa bobot nilai dari beberapa point pada tabel ke-2 diatas. Pada bagian ‘Informasi Menu Utama dalam Website’ Provinsi DKI Jakarta memiliki nilai tertinggi dengan dan Jakarta Barat dengan nilai terendah meskipun hanya berselisih sedikit dari Jakarta Selatan. Pada bagian ‘Informasi tambahan dalam fasilitas website’ Provinsi DKI Jakarta juga memiliki nilai tertinggi dan Jakarta barat dengan nilai terendah. Dapat dilihat bahwa website yang dimiliki Provinsi DKI Jakarta mendapatkan nilai tertinggi dengan nilai 85,52 dari hasil survey kami. Sementara website milik Kota Jakarta Barat mendapatkan nilai terendah dengan nilai 61,8 dan Jakarta Selatan mendapatkan nilai 71,25.

     Kesimpulan dari kami adalah website E-Government milik Provinsi DKI Jakarta mempunyai penampilan yang lebih menarik dibandingkan dengan Kota Jakarat Barat dan Jakarta Selatan. Dan sesuai dengan Unit Analisis yang disebutkan, kelengkapan unit dengan jumlah terbanyak ada pada website DKI Jakarta dengan 18 poin sedangkan pada website Jakarta Selatan dan Jakarta Barat terdapat banyak kategori dari unit analisis yang tidak ditemukan. Terutama pada website Jakarta Barat dimana banyak sekali kategori unit analisis yang tidak ada.

Laporan ini disusun oleh:

  1. Aniisah Nuurul Fadhilhaniifah (11113046)
  2. Apriyandi (11113227)
  3. Juniardi Hafiz S (14113734)
  4. Muhammad Fauzan Ramzy (15113922)
  5. Ratih Pratita Hapsari (17113302)

KARYA ILMIAH

Konsep Menulis Laporan Ilmiah

Konsep Laporan Ilmiah
Konsep dari laporan ilmiah adalah berkaitan dengan penelitian, fakta, dan objektif dari permasalahan yang dibahas dalam laporan ilmiah. Maka itu laporan ilmiah harus objektif, dan sesuai dengan fakta yang ada, serta disusun secara sistematis.
Penulisan laporan adalah penyampaian pengalaman peneliti dan hasil-hasilnya kepada masyarakat luas sehingga dapat berguna bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan.

Jenis-jenis Laporan Ilmiah
Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai berikut :

a. Laporan Lengkap (Monograf)
· Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
· Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
· Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis. Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
· Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).

b. Artikel Ilmiah
· Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
· Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
· Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

c. Laporan Ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

Ciri-ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian, komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Syarat Laporan Ilmiah
Syarat laporan ilmiah meliputi :
· Suatu karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
· Penulisannya berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
· Pembahasan masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
· Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman UmumEjaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI)
· Tulisan disusun dengan metode tertentu
· Tulisan disusun menurut sistem tertentu
· Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.
Sumber :
· http://halobestari.blogspot.co.id/2016/01/konsep-menulis-laporan-ilmiah-proses.html
· http://megaputriagustina.blogspot.co.id/2015/12/konsep-menulis-laporan-ilmiah-proses.html
· http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.co.id/2010/03/hakikat-karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html

Tentang Metode Ilmiah

Menurut Wikipedia, Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Sedangkan dalam buku Schaum outline dijelaskan bahwa pengertian metode ilmiah atau metode saintifik adalah langkah langkah kerja rutin dari saintis saintis aktif seiring dibimbingnya mereka oleh keingintahuan untuk mempelajari keteraturan dan hubungan di antara fenomena fenomena yang mereka pelajari.
Penerapan memikiran sehat setepat-tepatnya dalam penelitian dan analisis data juga merupakan pengertian metode ilmiah atau metode saintifik.
Dalam pengertian metode ilmiah yang terbaharui, dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) bahwa pengertian metode ilmiah adalah serangkaian langkah langkah berupa melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan data dalam cakupan masalah yang ada, memilah data untuk mencari hubungan, merumuskan hipotesis atau dugaan ilmiah sementara, menguji hipotesis secara tepat dan mengonfirmasi hipotesis/dugaan ilmiah apabila terdapat temuan temuan baru dalam eksperimen yang dilakukan. Langkah langkah ilmiah tersebut dilakukan secara sistematis dan berurut.

Sumber: http://www.apapengertianahli.com/2015/08/pengertian-metode-ilmiah–langkah-metode-ilmiah.html

Tujuan Mempelajari Metode Penulisan Ilmiah

Tujuan mempelajari metode penulisain ilmiah sudah tentu pemahaman terhadap proses mendapatkan pengetahuan yang rasional, teruji secara ilmiah dan sistematika penulisan yang sesuai untuk hal tersebut. Sederhananya tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah secara umum bisa dirinci sebagai berikut:

  1. Meningkatkan keterampilan menulis dengan menggunakan fakta di lapangan yang berupa fenomena dan ditinjau secara akademis melalui konsep dan teori
  2. Mengembangkan pengetahuan akademis untuk kepentingan praktis dan akademis
  3. Meningkatkan keterampilan dalam menyajikan dan emngorganisir fakta secara sistematis
  4. Meningkatkan pemahaman penulisan dengan mekanisme yang telah ditentukan.

Sumber: http://bangbiw.com/penjelasan-tentang-metode-ilmiah-tujuan-sikap-dan-langkah-langkahnya/

Sikap Ilmiah

Orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuh macam sikap ilmiah tersebut adalah sikap ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, rela menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran dan menjangkau ke depan.

Penjelasan ketujuh sikap tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Sikap ingin tahu diwujudkan dengan selalu bertanya-tanya tentang berbagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen yang lain? Dan seterusnya.
  2. Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
  3. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain.
  4. Sikap objektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi perasaan pribadi.
  5. Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya.
  6. Sikap berani mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.
  7. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.

Sumber: http://www.kompasiana.com/sukowaspodo_99/7-macam-sikap-ilmiah_54f672b8a3331184108b4bba

Langkah-Langkah Pelaksanaan Penulisan Ilmiah

Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1.Merumuskan Masalah

Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

2.Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

3.Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

4.Menguji Hipotesis

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

5.Merumuskan Kesimpulan

Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

Sumber: http://bangbiw.com/penjelasan-tentang-metode-ilmiah-tujuan-sikap-dan-langkah-langkahnya/

Berpikir Deduktif

Berpikir Deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang ditangkap atau diambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.

Sumber :  http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/penalaran-deduktif-dan-penalaran-induktif-dalam-proses-berfikir-yang-dikaitkan-pemakaian-berbahasa

SILOGISME

Apa itu silogisme? Silogisme adalah jenis penalaran deduksi secara tidak langsung. Silogisme merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat terkenal, Aristoteles. Dalam pengertian umum, silogisme adalah suatu argument deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme adalah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang pertama disebut premis umum (premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor). Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada.

Contoh:

Premis mayor : Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan OSPEK.
Premis minor  : Adi adalah siswa kelas 7 SMP
Kesimpulan    : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK

SILOGISME KATEGORIAL

Silogisme Kategorial adalah silogisme yang premis mayornya berupa kategorial dan menjadi predikat. Sedangkan premis minornya menjadi subjek.

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor. Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai
berikut:

  1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
  2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
  3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
  4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
  5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
  6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
  7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh silogisme Kategorial:

PU : Semua makhluk hidup memerlukan makanan.
PK : Tumbuhan bisa bernafas dan berkembang biak.
K : Tumbuhan memerlukan makanan.

Penjelasan: Semua makhluk hidup yang ada di dunia ini memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Sementara itu, tumbuhan memiliki ciri – ciri sebagai makhluk hidup, yaitu bernafas dan berkembang biak. Oleh sebab itulah, tumbuhan juga memerlukan makanan karena merupakan salah satu makhluk hidup.

SILOGISME HIPOTESIS

Silogisme Hipotesis terdiri dari suatu putusan bersayarat sebagai ”mayor” dalam bentuk ”apabila p maka q” (”p”dan ”q”adalah dua proposisi), lalu suatu ”minor” yang dapat terjadi dalam empat bentuk, dan akhirnya kesimpulan.

Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang premis mayornya berupa argument atau pendapat.

Contoh silogisme Hipotesis:

PU : Apabila besok hujan, saya tidak akan datang.
PK : Hari ini hujan.
K : Hari ini hujan, saya tidak datang.

Penjelasan: Saya telah berjanji dengannya bahwa apabila hari esok hujan, saya tidak akan datang ke rumahnya. Pada akhirnya, hari ini hujan turun dengan sangat deras. Maka dari itu hari ini saya tidak bisa menepati janji untuk datang kerumahnya.

SILOGISME ALTERNATIF

Silogisme Alternatif adalah silogisme yang premis umumnya merupakan sebuah pilihan. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh:

PU : Budi bersekolah di SMA atau SMP.
PK : Budi bersekolah di SMA.
K : Budi tidak bersekolah di SMP.

ENTIMEM

Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Entimem adalah silogisme yang dipendekan. Jadi entimen adalah kesimpulan dari silogisme.

Contoh:

PU : Anak yang sholeh selalu rajin beribadah.
PK : Ari adalah anak yang sholeh.
K : Ari rajin beribadah.
Entimen : Ari rajin beribadah, karena ia anak sholeh.

Sumber:

http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-silogisme-contoh-silogisme.html

http://www.kelasindonesia.com/2015/05/contoh-paragraf-silogisme-dan-entimen-beserta-definisinya.html

 

 

SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH

Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan Pemberntukan Istilah.

Secara garis besar, kerangka penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut:

JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang Masalah
    2. Perumusan Masalah
    3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
      1. Tujuan Penulisan
      2. Manfaat Penulisan
BAB II. KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN
    1. Kajian Teoretis
    2. Kerangka Berpikir
    3. Metodologi Penulisan
BAB III. PEMBAHASAN (judul sesuai topik masalah yang dibahas)
    1. Deskripsi Kasus
    2. Analisis Kasus
BAB IV. KESIMPULAN
    1. Kesimpulan
    2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Penjelasan dari masing-masing kerangka adalah sebagai berikut:

JUDUL
Menggambarkan tentang tema sebuah tulisan dibuat singkat dan logis.

ABSTRAK
Gambaran mengenai penelitian yang dibuat secara ringkas, fungsinya untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai isi penelitian yang akan dibaca.

LEMBAR PERSETUJUAN
Halaman persetujuan merupakan halaman yang berisi persetujuan dari pembimbing penelitian terhadap proses, hasil dan laporan penelitian siswa/mahasiswa. Dalam halaman ini berisi judul penelitian, nama peneliti, terdapat kalimat telah menyetujui, tempat, tanggal, bulan, dan tahun, serta nama pembimbing.

KATA PENGANTAR
Berisi ucapan-ucapan dari penulis karya ilmiah tentang karyanya, umumnya berisi rasa syukur, keinginan, dan doa dari penulis.Kata pengantar harus diatur sedemikian rupa agar tidak bertele-tele.

DAFTAR ISI
Halaman isi pokok dalam sebuah karya ilmiah.

DAFTAR LAMPIRAN
Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran dan nomor halaman letak .

DAFTAR TABEL
Bila dalam penulisan itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel dan nomor halaman.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Memuat fakta-fakta atau sebab yang relevan sebagai titik tolak dalam merumuskan masalah penulisan dan mengemukakan alasan penentuan masalah. Penulis dapat mengutip/mengemukakan pendapat para ahli, berita melalui media massa, peraturan perundang-undangan yang mendukung terhadap fakta atau fenomena yang akan ditulis. Setiap peraturan dan perundang-undangan yang dikutip tidak ada catatan kaki, sedangkan pendapat para ahli, berita melalui media massa harus disertai catatan kaki.

2. Perumusan Masalah

Menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin dicari jawabannya. Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang dibahas, diakhir pertanyaan harus memberikan tanda tanya (?).

3. Tujuan dan Manfaat

  • Tujuan Penulisan : Menyebutkan secara spesifik maksud yang ingin dicapai dalam penulisan.
  • Manfaat Penulisan : Kontribusi hasil penulisan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENULISAN

1. Kajian Teoretis

Pemaparan beberapa teori ilmiah dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu dan relevan dengan pokok masalah Setiap teori yang dikutip harus disertai penjelasan dan komentar penulis tentang kaitan teori tersebut dangan masalah. Sedangkan pada akhir dari semua teori-teori yang dikutip, penulis harus memunculkan sebuah kesimpulan terkait dengan permasalahan.

2. Kerangka Berpikir

Argumentasi penulis yang didasari pada teori-teori ilmiah yang telah dikemukakan dimuka. Penelitis harus menjelaskan suatu alur kerja atau saling keterkaitan antar indikator dengan permasalahan yang dibahas. Peneliti dapat untuk mengungkapkannya dapat menggunakan bantuan skema atau bagan penjelasan.

3. Metodologi Penulisan

    1. Tempat dan waktu : jelaskan tempat/lokasi observasi dengan menyebutkan nama perusahaan serta alamatnya, kemudian sebutkan waktu observasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh masing-masing program studi.
    2. Metode :
      1. Sebutkan nama metode yang digunakan (misalnya: metode deskriptif analisis).
      2. Teknik pengumpulan data (misalnya: wawancara, observasi, menggunakan kuesioner).
      3. Teknik Analisis Data (misalnya: memakai rumus statistik, rumus keuangan, atau model analisis lain seperti SWOT, EOQ, EVA, ABC).

BAB III
PEMBAHASAN (judul bab ini harus sesui dengan topik yang diangkat)

1. Deskripsi Kasus

Mengidentifikasi kasus-kasus yang terdapat pada perusahaan (sesuai dengan kekhususan bidang ilmu penulis). Kasus yang diidentiftkasi di mulai dengan kasus sederhana sampai pada kasus kompleks dan rumit sesuai dengan urgensi fenomena yang diangkat pada perumusan masalah. Kasus yang diangkat merupakan kasus yang ditemukan di perusahaan dan penulis terlebih dahulu melakukan konfirmasi dengan pihak perusahaan (guna menjamin kesahihan kasus). Kasus-kasus yang bersifat rahasia tidak disarankan untuk dibahas oleh penulis. Kasus yang diangkat dapat berupa point-point uraian penjelasan atau berupa tabel, diagram dan sebagainya.

2. Analisis Kasus

Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus yang dipilih sesuai urgensi permasalahan dan berusaha mengkaitkan dengan konsep teori dan temuan-temuan lain yang dianggap perlu. Untuk mendapatkan solusi/pemecahan terhadap kasus yang dibahas, penulis dapat juga menggunakan model-model analisis seperti analisis SWOT, EOQ dan sebagainya sesuai kebutuhan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Peneliti harus meyimpulkan hasil temuan dari analisis kasus dalam bentuk point-point penting secara jelas dan tepat (tidak boleh menulis simpulan diluar kasus yang dianalisis). Berangkat dari kesimpulan tersebut penulis memberikan saran-saran yang berguna terkait dengan kasus yang telah dianalisis (untuk jangka pendek, menengah dan panjang) terutama ditujukan kepada perusahaan yang ditulis dan kegunaannya bagi perkembangan IPTEK. Pada bab ini antara Kesimpulan dan Saran masing-masing dijadikan sub-bab tersendiri.

DAFTAR PUSTAKA : Sebuah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan disusun berdasarkan abjad.

Sumber:

http://www.teoripendidikan.com/2015/03/pedoman-penulisan-karya-ilmiah-yang.html (diakses pada 2015.12.30)

http://www.seocontoh.co/2014/02/contoh-sistematika-penulisan-karya-ilmiah.html (diakses pada 2015.12.29)

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemapuan untuk menimbulkan gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca sesuai yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis dalam kalimatnya.

Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri dari kata-kata yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan dari pembicara/penulis.

Ciri-ciri kalimat efektif:

  1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
  2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
  3. Menggunakan diksi yang tepat.
  4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
  5. Ada penekanan ide pokok.
  6. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai berikut:

  1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
  2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
  3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
  4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

Contoh kalimat:

  • Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
  • Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study tour. (Efektif)
  • Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar. (Tidak efektif)
  • Harga minyak disesuaikan atau dinaikan secara wajar. (Efektif)
  • Aku memiliki 5 buah buku saja. (Tidak efektif)
  • Aku memiliki 5 buah buku. (Efektif)
  • Para murid-murid melaksanakan upacara setiap Senin. (Tidak efektif)
  • Para murid melaksanakan upacara setiap Senin. (Efektif)
  • Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
  • Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
  • Konser itu dihadiri oleh orang tua, anak-anak bahkan remaja. (Tidak efektif)
  • Konser itu dihadiri oleh anak-anak, remaja bahkan orang tua. (Efektif)
  • Karena dia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (Tidak efektif)
  • Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (Efektif)
  • Suatu saat langit, bumi dan seluruh isinya akan musnah. (Tidak efektif)
  • Suatu saat alam semesta akan musnah. (Efektif)
  • Banyak orang-orang yang melarikan diri. (Tidak efektif)
  • Banyak orang yang melarikan diri. (Efektif)
  • Dia datang dengan hanya membawa sepotong roti. (Tidak efektif)
  • Dia datang hanya membawa sepotong roti. (Efektif)
  • Sudah sejak dari kemarin dia hanya diam saja. (Tidak efektif)
  • Sejak kemarin dia hanya diam saja. (Efektif)
  • Sungguh sangat benar-benar sulit tugas itu. (Tidak efektif)
  • Sungguh sangan sulit tugas itu. (Efektif)

Mengenal Bahasa Indonesia

APA ITU BAHASA?

Menurut wikipedia, sebutan bahasa berasal dari bahasa sanskerta, भाषा, bhāṣā. Yang berarti sebuah kemampuan yang dimiliki manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks. Disini dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa juga merupakan alat komunikasi bagi manusia, baik secara lisan maupun tertulis. Sebagai sebuah sistem maupun alat komunikasi, bahasa memiliki beberapa fungsi dalam pemakaiannya. Pada artikel ini, pembahasan akan difokuskan ke Bahasa Indonesia.

PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Featured image

Bahasa indonesia adalah bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus bahasa resmi republik Indonesia dan juga sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia yang sudah diresmikan setelah dilakukanya Konggres Pemuda I yang dilaksanakan selama dua hari, pada 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).

A. Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Kedudukan Sebagai Bahasa Nasional

  1. Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Kebanggaan Nasional.
    Bahasa Indonesia Sebagai lambang kebanggaan Nasional adalah bahasa Indonesia yang mempunyai nilai-nilai sosial, budaya luhur bangsa. Dengan nilai yang dimiliki merupakan cermin bangsa Indonesia, untuk itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bangga, menjunjung tinggi dan mempertahankan nilai-nilai yang terkadung di dalamnya serta mengamalkan sesuai dengan isi nilai sosial dan budaya luhur bangsa.
  2. Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Identitas Nasional.
    Bahasa Indonesia Sebagai lambang identitas Nasional Berarti bahwa bahasa Indonesia dapat mengetahui identitas kewarganegaraan seseorang dan juga dapat membedakan antar negara lain, yaitu karakter, kpribadian, dan watak sebagai bangsa Indonesia.
  3. Bahasa Indonesia Sebagai Alat Pemersatu Seluruh Bangsa Indonesia dan Penghubung antar Budaya dan antar Daerah.
    Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu seluruh Bangsa Indonesia ini masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya, dapat disatukan melalui bahasa Indonesia bersatu dalam satu kebangsaan, dan mempunyai cita-cita, rasa senasib dan sepenangungan yang sama. Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berinteraksi untuk segala bidang kehidupan. Baik pemerintah, interaksi segala kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan idiologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan, dan kemanan dengan mudah dapat disampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

B. Fungsi Bahasa Indonesia Dalam Kedudukan Sebagai Bahasa Negara
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara Merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945 bab XV pasal 36 yang berbunyi, “ Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia.” Landasan konstitusional ini memberikan kedudukan yang kuat bagi bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai kegiatan dan urusan kenegaraan.

Sebagai bahasa Negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Dengan demikian bahasa Indonesia harus dipergunakan sesuai dengan kaidah, Peraturan dan tatatertib yang berlaku.

RAGAM BAHASA INDONESIA

Ragam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Berdasarkan media,
2. Berdasarkan cara pandang penutur,
3. Berdasarkan topik pembicaraan.

  1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media.
    Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari:
    · Ragam bahasa lisan
    · Ragam bahasa tulis
    Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
  2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur.
    Berdasarkan cara pandang penutur, ragam Bahasa Indonesia terdiri dari beberapa ragam. Diantaranya adalah:
    · Ragam dialek
    Contoh : ‘Gue udah baca itu buku.’
    · Ragam terpelajar
    Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
    · Ragam resmi
    Contoh : ‘Saya sudah membaca buku itu.’
    · Ragam tak resmi
    Contoh : ‘Saya sudah baca buku itu.’
  3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan.
    Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah:
    1. Ragam bahasa ilmiah
    2. Ragam hukum
    3. Ragam bisnis
    4. Ragam agama
    5. Ragam sosial
    6. Ragam kedokteran
    7. Ragam sastra

    Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
    a. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
    b. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
    c. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
    d. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
    e. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

EYD DAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)

  1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
    Misalnya:
    Ayahku tinggal di Solo.
    Biarlah mereka duduk di sana.
    Dia menanyakan siapa yang akan datang.
  2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
    Misalnya:
    1. Patokan Umum
    1.1 Isi Karangan
    1.2 Ilustrasi
    1.2.1 Gambar Tangan
    Catatan:
    Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
  3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
    Misalnya:
    pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
  4. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
    Misalnya:
    Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
  5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
    Misalnya:
    Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
    Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

    Catatan: tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
    Misalnya:
    Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
    Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
    Nomor gironya 5645678.

  6. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat pengirim surat.
    Misalnya:
    Jalan Diponegoro 82
    Jakarta
    1 April 1991
    Yth. Sdr. Moh. Hasan
    Jalan Arif 43
    Palembang

B. Tanda Koma (,)

  1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
    Misalnya:
    Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
    Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan prangko.
    Satu, dua, … tiga!
  2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
    Misalnya:
    Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
    Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
  3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
    Misalnya:
    O, begitu?
    Wah, bukan main!
    Hati-hati, ya, nanti jatuh.
  4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
    Misalnya:
    Kata Ibu, ”Saya gembira sekali.”
    “Saya gembira sekali,” kata Ibu, ”karena kamu lulus.”
  5. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
    Misalnya:
    Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
  6. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dlam catatan kaki.
    Misalnya:
    W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4
  7. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
    Misalnya:
    B. Ratulangi, S.E.
    Ny. Khadijah, M.A.
  8. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
    Misalnya:
    12,5 m
    Rp12,50

C. Tanda Tanya (?)

  1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
    Misalnya:
    Kapan ia berangkat?
    Saudara tahu, bukan?
  2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
    Misalnya:
    Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
    Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

D. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.
Merdeka!

E. Tanda Kurung ((…))

  1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
    Misalnya:
    Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
  2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
    Misalnya:
    Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
    Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
  3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
    Misalnya:
    Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
    Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
  4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
    Misalnya:
    Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

F. Tanda Petik (“…”)

  1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
    Misalnya:
    “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
    Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
  2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
    Misalnya:
    Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
    Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
    Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
  3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
    Misalnya:
    Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat” saja.
    Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
  4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
    Misalnya:
    Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
  5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
    Misalnya:
    Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
    Bang Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
    Catatan:
    Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

PILIHAN KATA / DIKSI

Pengertian Diksi
Setiap orang berhak untuk mengungkapkan gagasannya kepada publik. Namun, alangkah baiknya jika dalam mengungkapkan gagasannya, kita dapat memilih atau menempatkan kata secara tepat dan sesuai. Pilihan kata (diksi) pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih suatu kata untuk dipakai dalam sebuah kalimat, alinea maupun wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila memang tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama. Ketepatan pemilihan kata ini berfungsi agar gagasan-gagasan yang diungkapkan dapat menimbulkan imajinasi yang tepat pembaca atau pendengar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pemilihan kat yang tepat dan selaras dalam penggunaanya sehingga dapat memberikan kesan / makna / efek sesuai dengan harapan. Adapun fungsi diksi ialah:

  • Mudah dipahami. Pemilihan diksi yang tepat dan selaras akan memudahkan pembaca atau pendengar lebih mudah dalam memahami arti kata atau makna kalimat atau gagasan yang hendak ingin disampaikan. Pemilihan diksi dilakukan dengan memperhatikan situasi yang sedang berlangsung.
    Misal dalam menulis buku cerita yang memiliki tujuan anak-anak remaja sebagai sasaran pembaca, maka gunakanlah kata-kata sederhana yang mudah dipahami dengan demikian pesan moral yang ingin disampaikan akan sampai pada hati pembaca. begitupula misalnya saat rapat yang mana suasana adalah formal maka gunakan kata-kata yang baku, sesuai aturan EYD. Dengan demikian, hal-hal yang tidak diinginkan dapat dihilangkan.
  • Mendapatkan tujuan. Dengan menggunakan diksi yang tepat, maka peluang untuk mendapatkan tujuan lebih besar. Hal ini karena komunikasi yang berlangsung sangat efektif selain itu pemilihan kata yang sesuai dengan suasana resmi ataupun tidak resmi akan menciptakan ekspresi tertentu yang dapat menyenangkan pendengar atau pembaca.

Kata yang digunakan menunjukkan makna yang ingin diutarakan. Namun demikian, seringkali kata yang digunakan memiliki arti yang berbeda dengan makna itu sendiri. oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk menggunakan diksi yang akan digunakan, maka harus pembicara atau penulis harus memahami makna dan relasi kata. Menurut Chaer, makna kata dapat dibedakan menjadi:

  1. Makna denotasi dan Makna konotasi
    Merupakan denotasi merupakan makna yang sesungguhnya yang sesuai dengan pengertian kamus besar bahasa Indonesia. Contoh: kata “miskin”, dalam pengertian denotasi artinya ialah keadaan seseorang yang kurang dalam hal finalsial. Sementara itu makna konotasi yaitu makna lain atau makna yang bukan sebenarnya yang mungkin hanya dapat dimengerti oleh beberapa orang saja yang bersangkutan.
    Contoh: kata “alarm” dalam kalimat, “ kamu selalu datang tepat waktu, alarm jam kamu bagus”. Kata alarm dalam kalimat tersebut merupakan kata konotasi untuk menunjukkan makna kata “disiplin”. Kata konotasi yang bertujuan untuk memuji disebut knotasi positif sedangkan konotasi yang mengejek atau menyindir disebut konotasi negatif.
  2. Makna leksikal dan makna gramatikal
    Yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi atau yang memang nyata dalam kehidupan. Contoh: bakteri Salmonella sp. Menyebabkan penyakit tipus. Sedangkan makna gramatikal yaitu makna kata yang menyatakan makna jamak, menunjukkan suatu jumlah. Contoh: ada buku-buku baru di perpustakaan. Artinya ialah banyak buku baru yang datang di perpustakaan.
  3. Makna referensial dan nonreferensial
    Yang dimaksud dengan makna referensial yaitu kata yang mengacu atau menunjukkan kepada sesuatu. Contoh: buku biologi ada di Rak no. 7. Kata “rak no.&” merupakan frase yang menunjukkan makna referensial. Sedangkan makna nonreferensial adalah kebaikan dari kata referensial. contoh: baru saja aku membaca buku itu, tetapi aku lupa meletakkannya. Kata “tetapi” merupakan kata yang menunjukkan makna nonreferensial.
  4. Makna konseptual dan makna asosiatif
    Makna konseptual merupakan makna suatu kata yang menunjukkan deskripsi kata tersebut. Contoh: pangeran pergi menunggang unta. Kata “unta” memilki makna konseptual yaitu binatang gurun berkaki empat yang dapat dijadikan sebagai alat transportasi. Sedangkan makna asosiasi merupakan makna kata yang menunjukkan hubungan yang terkait dengan kata tersebut. Contoh: kata merah memiliki hubungan berani sedangkan kata merpati dihubungkan (asosiasi) dengan kesetiaan.
  5. Makna kata dan makna istilah
    Makna kata akan terlihat jelas ketika kata tersebut digunakan dalam sebuah kalimat. contoh: kata “dingin” dapat berarti mengenai suhu atau cuaca, atau menunjukkan sikap seseorang. Sementara itu makna istilah merupakan makna yang bersifat pasti atau mutlak. Hal ini karena makna istilah hanya digunakan dalam bidang-bidang tertentu. Contoh: kata dingin di atas jika digunakan dalam bidang ilmu pengetahan alam maka memiiki makna pasti menunjukkan suatu suhu.
  6. Makna kias dan lugas
    Makna kias ialah kata atau frase yang biasa digunakan untuk mengatakan makna secara tidak langsung. Biasa digunakan dalam majas atau peribahasa. Contoh: jangan sampai terjerat lintah darat. Frase lintah darat menunjukkan makna kias yang berarti adalah rentenir. Sedangkan makna lugas adalah kebalikan dari makna kias. Artinya dalam makna lugas terang-terangan menyebutkan makna yang sesungguhnya. Contoh: sepertinya hampir semua pejabat negara adalah koruptor.

Dalam memilih diksi harus mempertimbangkan kesesuaian dan ketepatan kata. Perhatikan syarat-syarat berikut untuk menentukan kesesuaian diksi:

  1. Hindari pengggunaan bahasa substandar dalam situasi formal.
    Bahasa standar ialah merupakan tutur bahasa yang biasa digunakan oleh mereka kalangan menengah ke atas, atau yang mengenyam pendidikan tinggi. Sementara itu, bahasa nonstrandar kebalikannya, biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari orang umum.
  2. Menggunakan kata ilmiah dalam kondisi tertentu saja, selebihnya gunakan kata popular. Kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah atau kata yang jarang digunakan oleh orang-orang awam, hanya kalangan tertentu saja yang menggunakan. Contoh, dalam jurnal ilmiah menggunakan kata ilmiah. Sedangkan ketika berbca maka gunakanlah kata popular, halini karena agar makna yang disampaikan dalam jurnal dapat dimengerti oleh semua pendengar.
  3. Hindari jargon yang dapat dibaca oleh publik. Jargon merupakan kalimat atau frase dalam bahasa tertentu yang hanya dimengerti oleh beberapa orang. Oleh karenanya dalam memilih kata hindari jargon karena orang lain belum tentu memahaminya.
  4. Hindari pemakaian kata – kata slang. Kata slang merupakan kata non standar yang digunakan dalam percakapan dengan teman sebaya. Pengunaan kata slang saat formal tentu tidaklah baik.
  5. Hindari ungkapan-ungkapan yang telah usang
  6. Hindari bahasa atau kata artifisial yaitu rangkaian kata yang disusun secara kreatif untuk menimbulkan rasa seni. Contoh: harum bunga mawar terberai terbawa angn sampai ke penciumanku.
  7. Hindari penggunaan kata – kata atau kalimat percakapan dalam penulisan. Hal ini karena kata- kata dalam percakapan merupakan kata nonformal, sehingga tidak baik ketika digunakan saat menulis hal-hal yang bernuansa ilmiah.

Berikut merupakan macam hubungan makna yang terbentuk antar kata:

  1. Sinonim. Merupakan kata – kata yang memiliki kesamaan makna. Contoh: Pintar dengan pandai, kurus dengan langsing. Meski memiliki kesamaan makna, kata-kata dalam sinonim memiliki kesan masing-masing seperti halu atau kasarnya.
  2. Antonim. Sekelompok kata yang memiliki makan yang berlawanan dengan kata lain. Contoh: tinggi dengan pendek, pesek dengan mancung, dan ainnya.
  3. Polisemi merupakan kata yang menunjukkan satuan bahasa yang dapat memiliki banyak makna. Contoh: anak asuh, anak tangga, anak durhaka, anak sholeh. Dan lain-lain.
  4. Hiponim merupakan makna kata yang tercakup dalam kata lain. Contoh: melati merupakan hiponim dari bunga.
  5. Hipernim merupakan kata yang mencakup kata lain. Kebalikan dari hiponim. Contoh: bunga merupakan hipernim dari melati, mawar, kenanga dan lain-lain.
  6. Homonim merupakan sekelompok kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi tapi memiliki arti yang berbeda. Contoh: (1)Hak asuh anak jatuh kepda ibunya; dengan (2) wanita itu memakai sepatu berhak tinggi. Pada kalimat pertama hak berarti kepemilikian sedangkan pada kalimatkedua artinya bagian sepatu. Atau (1) ular ini mengeluarkan bisa yang sangat berbahaya; dengan (2) kamu pasti bisa menghadapinya. Bisa pada kalimat pertama artinya racun sedangkan bisa pada kalimat kedua artinya kemampuan.
  7. Homofon merupakan sekelompok kata yang memilikikesamaan bunyi namun ejaan dan arti berbeda. Contoh: (1) bulan ini saya mendapat bunga bank sebesar 3% ; dengan (2) bang, pesen somay satu piring.
  8. Homograf yaitu kata yang memiliki tulisan sama namun bunyi dan arti berbeda. Contoh: (1) Saya sudah sampai di Serang, bu; (2) andi diserang kawanan begal.

Sumber: